Kekayaan yang
hakiki

Siang ini saya akan
berkunjung kerumah seorang teman yang terletak di Desa Senon Kecamtan Kemangkon
, dengan mengendarai sepeda motor saya menyusuri jalan menuju Desa Kemangkon,
di jalan hujan turun dengan derasnya akhirnya saya berhenti di sebuah masjid
untuk sholat dan berteduh. Di dalam masjid tampak sesosok laki-laki yang mengenakan
sarung dan baju koko. Kesederhanan dan kesahajaan tampak jelas di raut wajahnya,
nampaknya dia seorang Ustad/kiyai. Sambil menunggu hijan reda saya di persilahkan untuk bersilaturahim
kerumah beliau yang tidak jauh dari masjid.
Rumah semi permanen
dengan atap seng yang berukuran kecil, sederhana dan bersih. Dengan ramah Pak
Ustad dan Isterinya menjamu Saya dirumahnya. Isteri Pak Ustad bekerja sebagai
pedagang kecil di pasar Bokateja, sedangkan Pak Ustad mengurus pondok pesantren
di daerah Bokateja dan menjadi guru ngaji yang semata-mata hanya mengharapkan
pahala dan ridho Alloh. Dirumah itu Saya melihat keluarga yang sederhana,
harmonis dengan anak-anak yang taat beragama dan santun tutur katanya, walaupun
kehidupan ekonomi mereka pas-pasan.
Saya sangat terkesan
dengan perkataan Pak Ustad “Barang siapa yang hidupnya bercita-cita untuk semata-mata
kepentingan akherat, Alloh akan menjadikan kekayaan didalam hatinya kekayaan
yang hakiki dan Alloh akan memberi solusi dari setiap permasalahan hidupnya,
dunia akan datang dengan mudahnya karena semua Allohlah yang mengaturnya.
Sebaliknya orang yang hidupnya hanya mencari dan mementingkan urusan dunia Alloh akan menjadikan kefakiran didalam
dirinya dan tidak akan pernah merasa cukup, Alloh akan menabah beban masalah
yang bertupuk-tumpuk dan tidak akan pernah hidup dalam ketenangan” .
Untaian kalimat pak
ustad yang terekam jelas dalam memori ingatan saya. Saya merenung dan
instropeksi diri dengan bertanya pada diri sendiri .” kemanakah Saya selama
ini? “Mengapa hidupku selalu disibukan dengan urusan dunia?
pertanyaan-pertanyaan itu menyelinap dalam pikiranku. Saya sadar selama ini
terlalu disibukan dengan urusan di dunia, banyaknya harta tidak menjamin
kebahagiaan di dunia.
Kehidupan dunia seperti
fatamorgana. Kenikmatan kehidupan dunia hanya 0,00000000001% dari kehidupan
akhirat ibarat kita mencelupkan jari kita kedalam air laut, sisa air yang menempel
di jari kita itulah kenikmatan dunia yang kita rasakan. Tulisan ini adalah
ajang muhasabah sekaligus motivasi untuk diri saya sendiri untuk lebih memperbaiki diri dengan meningkatkan amal
dan ibadah serta menjadikan sisa umur hidup ini lebih barrokah dan penuh
manfaat sehingga dapat memiliki kekayaan hakiki dengan lebih mensykuri nikamat
Alloh SWT .“Bukanlah kekayaan itu
dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah
kekayaan/kecukupan (dalam) jiwa (hati).”(HR. al-Bukhari No. 6081 dan Muslim No.
1051)
Penulis Musriah, S.Pd.SD Bekerja di SD Negeri 1 Brecek
Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar