KAMPUS LEPRA
Lima tahun yang lalu para
jamaah menegok saudara-saudara kita di penampungan lepra yang terletak di balik
hutan di desa Nganget, Tuban. Di sana para penyandang lepra hidup rukun dan berdampingan, para
penyandang lepra yang sudah jompo dan tidak mampu bekerja,mereka hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah, Setiap
harinya mereka menyisakan nasi yang mereka makan untuk dijemur dan dikeringkan,
selanjutnya nasi tersebut dijual dan hasilnya di sedekahkan dan untuk beramal
jariyah membangun tempat ibadah. mereka hanya mengharapkan surganya Allah dari
apa yang mereka sedekahkan.
Para
penyandang lepra yang masih bisa bekerja, mereka tinggal di rumah dekat
penampungan. Kondisi rumah mereka sangat memprihatinkan dengan dinding kayu dan
atap yang terbuat dari jerami, sehingga saat hujan akan bocor. Mbah Dugel salah
satu penyandang lepra yang memiliki kelainan fisik tidak memiliki kaki dan
tidak memiliki jari tangan, namun mbah Dugel masih bisa bekerja dengan
menggunakan kaki palsu serta dengan mengikatkan tangannya dengan cangkul, mbah
dugel dapat mencangkul diladang. Beberapa bulan yang lalu , beliau meninggal karena tertimapa pohon
pisang setelah tanganya tidak mampu mengangkatnya, beliau meninggalkan empat
orang anaknya, dimana dari lantaran pekerjaannya ini anak pertamanya bisa lulus
SMA dan Pondok pesantren.
Saya
menamai penampunagan mereka dengan nama kampus Lepra, dimana disana saya
belajar dari mereka, meskipun memiliki kekurangan fisik, namun mereka yakin
dengan pertolongan Allah dengan semangat mereka untuk beribadah dan bersodakoh terbukti
pada saat bulan puasa mereka bertadarus dan bisa menghatamkan Al-Quran lima kali. Saat idul Qurban mereka
bisa menyembelih delapan ekor sapi dan lima belas ekor kambing.
Para
penyandang lepra memiliki kelainan fisik dan keterbatasan ekonomi namun
memiliki kekuatan hati. Mereka adalah saudara kita, jika mereka bisa yakin dan
punya harapan\ hidup dengan semangat beribadah dan bersodakoh, “ mengapa kita
yang Alloh ciptakan sempurna tidak bersyukur dan tidak yakin dengan kuasanya”?
Kita harus yakin dibalik semua coaaan ada harapan yang indah menyambut kita, firman
Allah, "Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya
bersama kesulitan ada kemudahan." Itu janji Allah yang sangat luar biasa. Siapa
berpegang teguh pada ayat tersebut ketika menghadapi kesulitan, kesedihan,
kehilangan, dan ujian, dijamin bakal diberikan penggantinya kemudahan alias
kegembiraan bin kebahagiaan, kesuksesan yang tak disangka-sangka,namun
syaratnya tetap berlaku, yaitu wajib bersikap sabar syukur ikhlas atau tenang
senang lapang menjalaninya. Yakinkan seyakin-yakinnya bahwa Allah Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Apa yang sedang menimpa kita, pastilah bentuk kasih
sayang-NYa Dia. Kesulitan dan ujian yang sedang dialami adalah proses yang
wajib dilalui sebagai tiket untuk mengambil hadiah PENYELAMATAN atau RAHMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar