Jumat, 03 Februari 2017

KAMPUS LEPRA

KAMPUS LEPRA


Lima tahun yang lalu para jamaah menegok saudara-saudara kita di penampungan lepra yang terletak di balik hutan di desa Nganget, Tuban. Di sana para penyandang  lepra hidup rukun dan berdampingan, para penyandang lepra yang sudah jompo dan tidak mampu bekerja,mereka hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah,  Setiap harinya mereka menyisakan nasi yang mereka makan untuk dijemur dan dikeringkan, selanjutnya nasi tersebut dijual dan hasilnya di sedekahkan dan untuk beramal jariyah membangun tempat ibadah. mereka hanya mengharapkan surganya Allah dari apa yang mereka sedekahkan.

Para penyandang lepra yang masih bisa bekerja, mereka tinggal di rumah dekat penampungan. Kondisi rumah mereka sangat memprihatinkan dengan dinding kayu dan atap yang terbuat dari jerami, sehingga saat hujan akan bocor. Mbah Dugel salah satu penyandang lepra yang memiliki kelainan fisik tidak memiliki kaki dan tidak memiliki jari tangan, namun mbah Dugel masih bisa bekerja dengan menggunakan kaki palsu serta dengan mengikatkan tangannya dengan cangkul, mbah dugel dapat mencangkul diladang. Beberapa bulan yang lalu  , beliau meninggal karena tertimapa pohon pisang setelah tanganya tidak mampu mengangkatnya, beliau meninggalkan empat orang anaknya, dimana dari lantaran pekerjaannya ini anak pertamanya bisa lulus SMA dan Pondok pesantren.
Saya menamai penampunagan mereka dengan nama kampus Lepra, dimana disana saya belajar dari mereka, meskipun memiliki kekurangan fisik, namun mereka yakin dengan pertolongan Allah dengan semangat mereka untuk beribadah dan bersodakoh terbukti pada saat bulan puasa mereka bertadarus dan bisa menghatamkan  Al-Quran lima kali. Saat idul Qurban mereka bisa menyembelih delapan ekor sapi dan lima belas ekor kambing.

Para penyandang lepra memiliki kelainan fisik dan keterbatasan ekonomi namun memiliki kekuatan hati. Mereka adalah saudara kita, jika mereka bisa yakin dan punya harapan\ hidup dengan semangat beribadah dan bersodakoh, “ mengapa kita yang Alloh ciptakan sempurna tidak bersyukur dan tidak yakin dengan kuasanya”? Kita harus yakin dibalik semua coaaan ada harapan yang indah menyambut kita,  firman Allah, "Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan." Itu janji Allah yang sangat luar biasa. Siapa berpegang teguh pada ayat tersebut ketika menghadapi kesulitan, kesedihan, kehilangan, dan ujian, dijamin bakal diberikan penggantinya kemudahan alias kegembiraan bin kebahagiaan, kesuksesan yang tak disangka-sangka,namun syaratnya tetap berlaku, yaitu wajib bersikap sabar syukur ikhlas atau tenang senang lapang menjalaninya. Yakinkan seyakin-yakinnya bahwa Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Apa yang sedang menimpa kita, pastilah bentuk kasih sayang-NYa Dia. Kesulitan dan ujian yang sedang dialami adalah proses yang wajib dilalui sebagai tiket untuk mengambil hadiah PENYELAMATAN atau RAHMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar