Jumat, 03 Februari 2017

Kekayaan yang hakiki



Kekayaan yang hakiki

Hasil gambar untuk gambar perjalanan pengembara
 Siang ini saya akan berkunjung kerumah seorang teman yang terletak di Desa Senon Kecamtan Kemangkon , dengan mengendarai sepeda motor saya menyusuri jalan menuju Desa Kemangkon, di jalan hujan turun dengan derasnya akhirnya saya berhenti di sebuah masjid untuk sholat dan berteduh. Di dalam masjid tampak sesosok laki-laki yang mengenakan sarung dan baju koko. Kesederhanan dan kesahajaan tampak jelas di raut wajahnya, nampaknya dia seorang Ustad/kiyai. Sambil menunggu hijan reda  saya di persilahkan untuk bersilaturahim kerumah beliau yang tidak jauh dari masjid.
Rumah semi permanen dengan atap seng yang berukuran kecil, sederhana dan bersih. Dengan ramah Pak Ustad dan Isterinya menjamu Saya dirumahnya. Isteri Pak Ustad bekerja sebagai pedagang kecil di pasar Bokateja, sedangkan Pak Ustad mengurus pondok pesantren di daerah Bokateja dan menjadi guru ngaji yang semata-mata hanya mengharapkan pahala dan ridho Alloh. Dirumah itu Saya melihat keluarga yang sederhana, harmonis dengan anak-anak yang taat beragama dan santun tutur katanya, walaupun kehidupan ekonomi mereka pas-pasan.
Saya sangat terkesan dengan perkataan Pak Ustad “Barang siapa yang hidupnya bercita-cita untuk semata-mata kepentingan akherat, Alloh akan menjadikan kekayaan didalam hatinya kekayaan yang hakiki dan Alloh akan memberi solusi dari setiap permasalahan hidupnya, dunia akan datang dengan mudahnya karena semua Allohlah yang mengaturnya. Sebaliknya orang yang hidupnya hanya mencari dan mementingkan urusan dunia  Alloh akan menjadikan kefakiran didalam dirinya dan tidak akan pernah merasa cukup, Alloh akan menabah beban masalah yang bertupuk-tumpuk dan tidak akan pernah hidup dalam ketenangan” .
Untaian kalimat pak ustad yang terekam jelas dalam memori ingatan saya. Saya merenung dan instropeksi diri dengan bertanya pada diri sendiri .” kemanakah Saya selama ini? “Mengapa hidupku selalu disibukan dengan urusan dunia? pertanyaan-pertanyaan itu menyelinap dalam pikiranku. Saya sadar selama ini terlalu disibukan dengan urusan di dunia, banyaknya harta tidak menjamin kebahagiaan di dunia.
Kehidupan dunia seperti fatamorgana. Kenikmatan kehidupan dunia hanya 0,00000000001% dari kehidupan akhirat ibarat kita mencelupkan jari kita kedalam air laut, sisa air yang menempel di jari kita itulah kenikmatan dunia yang kita rasakan. Tulisan ini adalah ajang muhasabah sekaligus motivasi untuk diri saya sendiri untuk  lebih memperbaiki diri dengan meningkatkan amal dan ibadah serta menjadikan sisa umur hidup ini lebih barrokah dan penuh manfaat sehingga dapat memiliki kekayaan hakiki dengan lebih mensykuri nikamat Alloh SWT .“Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan/kecukupan (dalam) jiwa (hati).”(HR. al-Bukhari No. 6081 dan Muslim No. 1051)

Penulis Musriah, S.Pd.SD Bekerja di SD Negeri 1 Brecek Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar